Langsung ke konten utama

[KEUTAMAAN TAUHĪD BAGIAN KETUJUH]

بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 



Dikatakan: 

 

إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ


"Kecuali mereka yang bersaksi dengan haq" 


Yang di maksud dengan bersaksi dengan yang haq adalah kalimat tauhīd وهم يعلمون di sebutkan di dalam surat Az-Zukhruf ayat 86.



وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ


"Dan mereka mengenalnya"


وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ


"Dan mereka sadar diri"


وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ


"Dan mereka mengetahui"


Perhatikan! 


Bagaimanakah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, memberikan pujian kepada mereka yang bertauhīd. 


مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ


وَحْدَهُ


"Hanya (Dia) Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata yang berhak untuk disembah"


لاَ شَرِيكَ لَهُ


"Dan tidak ada syarikat baginya"


لاَ شَرِيكَ لَهُ


"Tidak ada sekutu bagi Allāh"


Tentunya Allāh berfirman:


إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ


"Kecuali mereka yang bersaksi dengan kalimat tauhīd dan mereka mengenalnya"


Begitu kita berbicara, mereka bersaksi akan kebenaran tauhīd dan mereka mengetahui. Yang namanya ilmu bisa digali yang dikenal dengan mukasabah.


Ilmu itu bisa dicari yang di kenal dengan muktasab, ilmu yang bisa dipelajari.


Ilmu juga sifatnya adalah ghariji, ilmu tersebut ada dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah tanamkan kepada semua orang. 


Begitu kita berbicara ilmu itu ghariji maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 


كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَة


"Setiap jiwa dilahirkan atas fitrah"


Menunjukkan tidak ada orang di dunia ini ujug-ujug (tiba-tiba), tiba-tiba jatuh dari langit. Tidak ada! Tidak mungkin!


Adam alayhissalām adalah orang yang pertama Allāh Subhānahu wa Ta'āla ciptakan di dunia ini.


Allāh menciptakan Adam, kemudian Allāh menciptakan Hawa sesudah itu semua yang lahir melalui proses dengan يُوْلَدُ dilahirkan. Bahkan nabiyullāh Isa alayhissalām pun dilahirkan dari perut seorang wanita yang mulia yaitu Maryam.


Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:


إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ


"Kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)"


(QS. Az-Zukhruf:86)


Tadi kita sampaikan bahwasanya orang itu mengenal Allāh dengan ghariji.


كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَة


Disebutkan di dalam hadīts riwayat Imam Al- Bukhari dari jalan Abū Hurairah.


"Semua orang dilahirkan dalam keadaan bertauhīd"


Dan yakin seorang mukmin bahwasanya Tuhannya ada di atas, bisa diperhatikan jika seseorang sedang berdo'a maka orang tersebut akan menemgadahkan kedua tangannya ke arah langit, menunjukkan  Tuhan itu di atas.


Jika kita bersaksi (bersumpah) dengan mengatakan,"Wallāhu, Tallāhu, Billāhi" sambil menunjukkan telunjuk kita ke arah atas. Menunjukkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di atas, dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dzaat yang Maha Esa.


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:



كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَة


"Setiap yang dilahirkan atas fitrah"


⇒ Yang di maksud fitrah adalah tauhīd. 


Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:


فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ


"Fitrah Allāh yang telah Allāh tetapkan kepada manusia"


(QS. Ar-Rum:30)


Dan ilmu mengenal Allāh bisa jadi dengan cara seseorang itu menggali, dengan cara belajar, dengan cara memperhatikan, memperhatikan tanda di antara tanda kebesaran Allāh (bertafakur).


Bertafakur adanya matahari terbit, jika seseorang memperhatikan bagaimanakah matahari itu terbit maka dia melihat bagaimana keagungan Allāh. 


Maka berapa banyak mereka yang di pagi hari pergi ke pantai, berapa banyak mereka yang ke gunung. 


Apa target mereka?


Target mereka adalah matahari terbit dan dia berada di atas gunung.


Māsyā Allāh. 


Melihat di antara tanda kekuasaan Allāh. 


Matahari pun terbit pun, sinar pun senantiasa dirasa dengan baik di kulit terasa hangat, dikulit terasa nikmat, begitu sudah jam 10 siang sudah mulai panas, setengah sebelas tambah panas, Subhānallāh.


Dhuhur tambah panas, sehingga sesudah itu seseorang shalat dhuhur mengagungkan Allāh keluar dari masjid tidak lupa berdo'a.


اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ 


Subhānallāh.


Seorang mukmin bertauhīd karena sesudah shalat seseorang dianjurkan untuk mencari karunia yang Allāh berikan, maka dia berdo'a.


اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ


"Yā Allāh,  aku memohon kepadamu karunia yang telah Engkau tetapkan"


Măsyā Allāh. 


Terkadang seseorang lupa berdo'a, jika keluar dari masjid seseorang diharuskan berdo'a, sebagaimana masuk masjid juga berdo'a.


 اَللّٰهُمَّ افْتَحْ لِيْ اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ


"Yā Allāh bukakanlah untukku, pintu-pintu rahmatMu"


Māsyā Allāh. 


Karena sesungguhnya masjid itu penuh dengan rahmat.


وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allāh membaca Kitabullāh dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allāh akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” 


(Hadīts riwayat Muslim nomor 2699)


Do'a ketika masuk masjid: 


اَللّٰهُمَّ افْتَحْ لِيْ اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ


"Yā Allāh bukakanlah untukku, pintu-pintu rahmatMu"


Do'a ketik keluar masjid:


اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ


"Yā Allāh,  aku memohon kepadamu karunia yang telah Engkau tetapkan"


Karunia Allāh sangat luas, begitu keluar masjid Māsyā Allāh ada yang langsung ke warung Padang, ada yang ke warung Tegal, ada yang ke warung Sunda, ada yang cari soto, ada yang mencari bakso, ada yang mencari sate.


Subhānallāh.


Perhatikan! Semuanya mereka mendapatkan haknya.


Ada yang suka bakso maka mereka mencari bakso.


Ada yang suka mie ayam, mereka mencari mie ayam.


Ada yang suka sate maka mereka mencari sate.


Subhānallāh.


Semuanya bisa makan dengan baik, karena karunia Allāh. 


Maka disini orang bisa mengenal Allāh dengan tanda di antara tanda kebesarannya.


Mungkin habis makan ada yang selesai makan langsung pulang karena pekerjaan selesai. Ada juga yang kembali ke kantor.


Melihat tanda kekuasaan Allāh, gerimis.

Melihat tanda kekuasaan Allāh begitu ashar moodnya mau pulang.


Subhānallāh, hujan pun reda, dia pun senang memasuki pagi dengan baik sampai sore hari dalam keadaan baik.


Māsyā Allāh. 


Begitu sampai rumah ketemu istri, istri sehat, anak sehat ,orang tua sehat. Māsyā Allāh. 


Sudah berkumpul semua di rumah, hujan lagi luar biasa. oh Māsyā Allāh. 


Tanda di antara tanda kebesaran Allāh,  maghrib pun datang, Māsyā Allāh. 


Matahari terbenam tanda di antara tanda kebesaran Allāh,  di malam hari mendengar suara jangkrik, di malam hari mendengar suara belalang, di malam hari melihat kegelapan malam. 


Māsyā Allāh. 


Dan dia bertafakur, tidak mungkin ini semua ada begitu saja kecuali di sana ada dzaat yang mengaturnya, demikianlah seorang mukmin mengenal Tuhan Nya.


Nataufīq bihadzal qadar, terima kasih atas segala perhatiannya.


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 


____________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Kasual, Kausal, dan Klausa; Multitasking dalam Mencinta]

Katanya perihal tumbuh menjadi hal yang mengingatkan pada sesuatu secara bersamaan adalah suatu hal yang bagus tapi bukan hal yang baik  Seorang laki laki mempunyai cara perenungannya sendiri, tapi yaa begitulah, hanya sebatas lelaki, perenunganya tidak akan pernah mau rumit. Sebab perihal tumbuh menjadi upaya dewasa kita akan mengerti akhirnya setelah di tempa dengan apa yg tidak sesuai ekspektasi. kemudian seorang hamba mengevaluasi dengan menggunakan berbagai macam metodologi perjalanan hidup.  Ada pesan dari ku di hari dan bulan kelahiran, beberapa orang salah kaprah menilai nya dengan perayaan perayaan. Padahal penambahan usia sedikit dekat dengan ajal, jadi untuk apa dirayakan? Pada perayaan lahir dan Kasih Sayang tidak mengingatkan saya pada hal-hal yang penuh dengan cinta. Sebaliknya, bulan ini mengingatkan saya pada pencarian tanpa henti, kebingungan, dan cinta-cinta yang umurnya tidak panjang. Dulu, ketika masih belia, saya percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang

[KEUTAMAAN TAUHĪD (BAGIAN KEENAM)]

بسم الله الرحمن الرحيم  السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته  الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً  Berkata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ _Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada dzaat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh dan tiada sekutu bagi-Nya_   Man (مَنْ): "Barangsiapa". Syahida (شَهِدَ): "Bersaksi". Māsyā Allāh.  Perhatikan!  Karena sesungguhnya semua manusia tatkala berada di dalam kandungan, bahkan para arwah telah ditanya oleh Allāh: أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ _“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”_ Maka semua arwah, calon-calon manusia, semua mengatakan:    قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ _"Kami bersaksi (akan ke-Esa-an, Engkau yā Allāh)."_   (QS. Al A'rāf: 172) Tidak ada suatu kemuliaan tatkala seseorang h

[MENYAMBUT BULAN RAMADHAN]

بسم الله الرحمن الرحيم  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته  والْحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على أله و صحبه و من ولاه، ولا حول ولا قوة الا بالله، أما بعد Ini adalah halaqah yang ketiga dalam pembahasan Kitāb: صفة الصوم النبي ﷺ في رمضان (Shifatu Shaum Nabi ﷺ Fī Ramadhān), yaitu tentang Sifat Puasa Nabi ﷺ Pada Bulan Ramadhān. Karya dua syaikh yaitu Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dan Syaikh Ali Hasan bin Abdul Hamid rahimahullāh. Kali ini kita akan membahas : بين يدى رمضان  _▪︎ APA SAJA YANG HENDAKNYA KITA PERSIAPKAN DAN KITA KETAHUI SEBELUM MEMASUKI BULAN RAMADHĀN_ Jadi kewajiban waliyyul amri dan seluruh kaum muslimin adalah menghitung bulan Syab'an, yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadhān. Karena bulan-bulan qamariyyah atau hijriyyah jumlahnya kalau tidak 30 hari maka 29 hari. Dan penetapan masuknya setiap bulan, termasuk di dalamnya bulan Ramadhān, adalah dengan ru'yatul hilal (dengan melihat hilal), yaitu bulan sabit dipermulaan bulan qamariyyah atau hijriyyah.  Ketika