Katanya perihal tumbuh menjadi hal yang mengingatkan pada sesuatu secara bersamaan adalah suatu hal yang bagus tapi bukan hal yang baik
Seorang laki laki mempunyai cara perenungannya sendiri, tapi yaa begitulah, hanya sebatas lelaki, perenunganya tidak akan pernah mau rumit. Sebab perihal tumbuh menjadi upaya dewasa kita akan mengerti akhirnya setelah di tempa dengan apa yg tidak sesuai ekspektasi. kemudian seorang hamba mengevaluasi dengan menggunakan berbagai macam metodologi perjalanan hidup.
Ada pesan dari ku di hari dan bulan kelahiran, beberapa orang salah kaprah menilai nya dengan perayaan perayaan. Padahal penambahan usia sedikit dekat dengan ajal, jadi untuk apa dirayakan?
Pada perayaan lahir dan Kasih Sayang tidak mengingatkan saya pada hal-hal yang penuh dengan cinta. Sebaliknya, bulan ini mengingatkan saya pada pencarian tanpa henti, kebingungan, dan cinta-cinta yang umurnya tidak panjang. Dulu, ketika masih belia, saya percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang sangat besar. Sangat besar sehingga saya tak mampu menggenggamnya, sehingga hati saya tak mampu menampungnya. Hal ini tak berlangsung lama karena ternyata sebelum sadar cinta bisa dimiliki, hati saya sudah dipatahkan berulang kali.
Banyak yang kurang dari diri saya, saya paham betul mengenai hal itu. Untungnya, hati yang patah akan selalu jadi bahan bakar terbaik untuk perubahan, tak peduli kamu laki-laki atau perempuan. Saya mencoba menggunakan aplikasi kencan untuk sekadar mengisi kekosongan. Dari aplikasi satu ke aplikasi yang lain, yang saya temukan adalah kebingungan. Dan dalam kebingungan itu, saya menemukan tiga hal yang menjadi sorotan untuk cinta modern dalam aplikasi kencan yaitu, kasual, kausal, dan klausa.
Pertama, saya mencoba memahami bagaimana hubungan kasual ini bekerja. Banyak sekali konsep-konsep baru yang bahkan baru saya dengar ketika saya beranjak dewasa dan bermain aplikasi kencan daring, seperti friends with benefit, no-strings attached, one night stand, open relationship, dan polyamory. Semua konsep yang saya sebutkan sebelumnya sepertinya sengaja menjauh dari cinta konvensional, yakni ketika kita memberikan diri sepenuhnya kepada seseorang, dan bahkan pada kisah cinta yang sukses semua itu berbalas.
Saya merasa bahwa konsep-konsep ini sebenarnya adalah kutukan yang kita dapatkan ketika manusia memiliki kemampuan terbarunya yaitu multitasking, sebuah kausalitas. Sebelumnya, kita dibiasakan untuk fokus melakukan sesuatu, satu hal pada satu waktu. Entah itu dalam bermimpi, berkarier, ataupun mencintai. Semua itu berubah ketika teknologi mulai merangsek ke dalam hidup kita. Kebiasaan kita dalam hidup mulai dijejali oleh angka-angka dan efisiensi. Kita dituntut untuk dapat melakukan banyak hal di waktu yang sama. Multitasking baik bagi industri, tapi tidak untuk kita sebagai pecinta. Lihat saja, kita yang hidup dalam transisi analog menuju digital dinilai lebih suka melompat-lompat dalam berkarier dan terlihat bingung dalam bermimpi.
Kita menjadi mampu melakukan multitasking dalam mencintai. Selingkuh jadi suatu hal yang dirasa keren dan wajar untuk segelintir orang karena mampu membagi fokus. Meskipun begitu, mungkin kita bisa menyepakati bahwa perselingkuhan bukan hal yang dapat diterima. Lebih jauh lagi, muncul konsep open relationship dan polyamory. Bagi saya, hal ini adalah bentuk nyata dari dampak kemajuan teknologi pada persepsi kita. Jika pada awalnya hubungan bersifat monogami dan eksklusif, perubahan yang dibawa oleh kebiasaan multitasking ini akan membuat hubungan menjadi inklusif. Inilah yang saya maksud dengan klausa. Hubunganmu dan seseorang berpotensi menjadi sebuah kalimat utuh dalam sebuah kisah cinta. Sayangnya, mungkin kita meninggalkannya sebagai pecahan klausa dengan potensi yang tak pernah kita gali. Jujur, kini saya merasa asing dengan cinta.
Saya tahu bahwa menghakimi bukanlah sifat yang terpuji. Semua ada sebab dan akibatnya. Oleh karena itu, pada tulisan ini saya semata-mata mengemukakan pendapat saya, tentang saya yang gagal untuk memahami cinta di masa kini. Memang benar tak ada yang salah dalam mencintai, bagaimanapun bentuknya. Namun, saya tak mau mencintai seperti itu. Saya ingin mencintai dengan norak dan bodoh. Saya ingin wanita yang saya cintai adalah satu-satunya bagi saya. Saya ingin menjadi satu-satunya
Komentar
Posting Komentar