Langsung ke konten utama

[Aku Ingin Seperti]



Bilal bin Rabah al-Habsyi merupakan di antara sahabat Nabi Muhammad SAW yang telah dijamin akan masuk surga. Berbagai siksaan yang diterimanya sebagai budak tak lantas melunturkan keyakinannya terhadap Islam dan Allah SWT.⁣

Bilal mendapat julukan (kinayah) Abu Abdul Karim, dan pendapat lain menyebutkan julukannya Abu Abdillah. Bilal merupakan salah satu sahabat yang pertama memeluk Islam. Bilal merupakan budak dari sahabat Nabi SAW, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan juga budak dari Umayyah bin Khalaf. ⁣

Bilal menjadi muazin pertama tatkala Nabi Muhammad SAW memerintahkannya menyerukan azan saat mendirikan masjid pertama di Madinah. Saat peristiwa Fathul Makkah, Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan Bilal untuk naik ke Ka'bah dan mengumandangkan adzan.⁣

Bilal memiliki keyakinan yang teguh terhadap Islam. Ia tetap tabah menerima berbagai macam siksaan pedih dari tuannya yangU kafir. Bahkan, ia pernah dipanggang berhari-hari dan berbulan-bulan di bawah terik matahari kota Makkah oleh Umayyah bin Khalaf.⁣

Suatu hari, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Bilal pada waktu sholat subuh, "Wahai Bilal, ceritakanlah, amal kebaikan apakah yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam? Sesungguhnya, malam ini aku mendengar suara kedua sandalmu di depanku dalam surga."⁣

Bilal berkata, "Suatu amal kebaikan yang paling kuharapkan manfaatnya dalam Islam adalah bahwa setiap kali aku bersuci (berwudhu) dengan sempurna, baik pada malam hari atau pada siang hari, aku tidak lupa melakukan sholat (sunnah) dengan kesucian (wudhu) itu, selama waktunya cukup bagiku untuk mengerjakannya."⁣


Kecintaan Bilal terhadap Rasulullah SAW begitu tampak terutama menjelang wafatnya. Said bin Abdul Aziz meriwayatkan bahwa menjelang wafatnya, Bilal berkata, "Besok saya akan bertemu dengan orang-orang yang saya cintai, yaitu Nabi Muhammad SAW, dan pengikut-pengikut setianya. Duhai, alangkah senangnya aku!"  kemudian Bilal wafat tak lama dari ucapannya itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Kasual, Kausal, dan Klausa; Multitasking dalam Mencinta]

Katanya perihal tumbuh menjadi hal yang mengingatkan pada sesuatu secara bersamaan adalah suatu hal yang bagus tapi bukan hal yang baik  Seorang laki laki mempunyai cara perenungannya sendiri, tapi yaa begitulah, hanya sebatas lelaki, perenunganya tidak akan pernah mau rumit. Sebab perihal tumbuh menjadi upaya dewasa kita akan mengerti akhirnya setelah di tempa dengan apa yg tidak sesuai ekspektasi. kemudian seorang hamba mengevaluasi dengan menggunakan berbagai macam metodologi perjalanan hidup.  Ada pesan dari ku di hari dan bulan kelahiran, beberapa orang salah kaprah menilai nya dengan perayaan perayaan. Padahal penambahan usia sedikit dekat dengan ajal, jadi untuk apa dirayakan? Pada perayaan lahir dan Kasih Sayang tidak mengingatkan saya pada hal-hal yang penuh dengan cinta. Sebaliknya, bulan ini mengingatkan saya pada pencarian tanpa henti, kebingungan, dan cinta-cinta yang umurnya tidak panjang. Dulu, ketika masih belia, saya percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang

[KEUTAMAAN TAUHĪD (BAGIAN KEENAM)]

بسم الله الرحمن الرحيم  السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته  الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً  Berkata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ _Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada dzaat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh dan tiada sekutu bagi-Nya_   Man (مَنْ): "Barangsiapa". Syahida (شَهِدَ): "Bersaksi". Māsyā Allāh.  Perhatikan!  Karena sesungguhnya semua manusia tatkala berada di dalam kandungan, bahkan para arwah telah ditanya oleh Allāh: أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ _“Bukankah Aku ini Tuhanmu?”_ Maka semua arwah, calon-calon manusia, semua mengatakan:    قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ _"Kami bersaksi (akan ke-Esa-an, Engkau yā Allāh)."_   (QS. Al A'rāf: 172) Tidak ada suatu kemuliaan tatkala seseorang h

[MENYAMBUT BULAN RAMADHAN]

بسم الله الرحمن الرحيم  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته  والْحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على أله و صحبه و من ولاه، ولا حول ولا قوة الا بالله، أما بعد Ini adalah halaqah yang ketiga dalam pembahasan Kitāb: صفة الصوم النبي ﷺ في رمضان (Shifatu Shaum Nabi ﷺ Fī Ramadhān), yaitu tentang Sifat Puasa Nabi ﷺ Pada Bulan Ramadhān. Karya dua syaikh yaitu Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dan Syaikh Ali Hasan bin Abdul Hamid rahimahullāh. Kali ini kita akan membahas : بين يدى رمضان  _▪︎ APA SAJA YANG HENDAKNYA KITA PERSIAPKAN DAN KITA KETAHUI SEBELUM MEMASUKI BULAN RAMADHĀN_ Jadi kewajiban waliyyul amri dan seluruh kaum muslimin adalah menghitung bulan Syab'an, yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadhān. Karena bulan-bulan qamariyyah atau hijriyyah jumlahnya kalau tidak 30 hari maka 29 hari. Dan penetapan masuknya setiap bulan, termasuk di dalamnya bulan Ramadhān, adalah dengan ru'yatul hilal (dengan melihat hilal), yaitu bulan sabit dipermulaan bulan qamariyyah atau hijriyyah.  Ketika